Besok tanggal 19 Desember 2013, Insya Allah anakku yang kedua: Ritmyka Nafsya genap 2tahun usianya. Barakallahu.. Semoga sehat, +pinter, +sholehah ya sayangku..

Alhamdulillah juga genap menyusui ASI selama 2tahun.

Ya, butuh kesabaran, komitmen untuk bisa menyusui. Memang tidak mudah, tapi kewajiban menjadi ibu, apalagi sambil punya usaha, dll.

Aku kadang miris melihat banyak ibu-ibu yang tidak mau menyusui anaknya dengan alasan sakit ketika awal menyusui, sedikit asinya, sibuk bekerja, dan lain-lain. Padahal awal menyusui memang sangat wajar kalau belum banyak asinya karena mungkin kebutuhan bayi baru lahir juga sedikit, kemudian sakit ya wajar namanya juga jadi ibu. Kadang aneh sekali, mau melahirkan tapi tidak mau menyusui, padahal ASI sudah diakui, sudah diteliti susu paling sempurna, ya.. paling sempurna karena sumbernya dari Allah. Lain lagi jika ada penyakit, dst sehingga tidak bisa menyusui.

Aku justru salut kalau ibu-ibu pekerja yang bukan pe-BDR(bisnis dari rumah) seperti aku yang rajin memompa ASInya dan tetap memberikan ASInya walau dia bekerja, karena begitulah seharusnya.

Alhamdulillah anak pertamaku, Nada Tazkiya dulu juga genap 2tahun.

Mudah-mudahan anak-anak yang diberi ASI lebih sehat, sholeh, lebih dekat dengan ibunya, sehingga terhindar dari hal-hal negatif yang jaman sekarang banyak sekali. Aamiin.

Untuk calon-calon ibu, ayo semangat mencari ilmu tentang menyusui, dst. Karena kebanggaan tersendiri bisa menyusui anaknya, apalagi full hingga 2tahun. Akan terasa subhanallah sekali melihat ada air susu bisa keluar dari payudara kita, dinikmati oleh anak yang kita lahirkan hingga kedekatan, memeluknya terus. Ngga lama, ibu-ibu.. Besar sedikit mungkin sudah ngga mau dipeluk..Ngga kerasa, tiba-tiba udah SD lg, SMP, dst..*menahan tangis akan perjuanganku untuk anak-anakku dimana Allah bimbing kami terus, alhamdulillah, subhanallah atas segala karunia-Nya. Mudah-mudahan Allah senantiasa membimbing keluarga kami, mencurahkan terus kasih sayang-Nya, meridhoi langkah kami dan terus memberi keberkahan dalam keluarga kami. Aamiin.



Kembali ngingetin diri aku sendiri yang jarang nulis.. Padahal tiap harinya banyak banget yang direnungi, biasanya ditulis.. Alasan klasik, lg sibuk.. riweuh (repot) sama pesanan.. Padahal mah, ya.. Pinter-pinter bagi waktu aja.. Orang nulis biasanya ngga lama.. Ya.. mudah2an bisa istiqomah nulis minimal 1bln sekali, hehehe.. klo bilang seminggu sekali atau tiap hari takut ga sesuai dengan kata2.. Ga apa2, ya.. minimal 1bln sekali, mudah2an bisa tiap hari.. aamiin..

Berapa hari ini memang lagi ramai peristiwa tabrakan KA dengan truk BBM. Tapi aku ga bahas itu dulu. Aku lagi memikirkan OSPEK Institut Teknologi Nasional Surabaya..

Miriss.. Ya Allah.. Hari giniiiiiiii.. HARI GINIIIII masih musim ospek2 dengan kekerasan.
makanya aku tulis judulnya OSPEK itu Orang Sing(yang) kurang PEKA, karena memang orang-orang yang melakukan ospek itu kayanya kurang peka sekali. Dimana letak kemanusiaannya.Kemarin lihat di Metro, ada mahasiswa baru yang diinterview, masa ada ospek yang menunjukkan hubungan suami istri dan diperagakan oleh laki dan laki, perempuan disuruh oral ke singkong yang dibentuk seperti alat kelamin laki-laki, minum 1L untuk berapa orang, disuruh minum air laut, hingga pemukulan, hingga Innalillah ada yang meninggal.
Rektornya sendiri memang sudah membubarkan acara itu karena tidak sesuai, sudah menskor, menghukum panitia juga.
Sebagai mantan ketua OSIS, sekretaris PMR, dll, terus dulu waktu di himpunan mahasiswa kimia jadi apa, ya.. lupa.. hehe.. aku juga termasuk orang yang sangat galak sebetulnya, apalagi pas ospek, sempat juga jadi ketua ospek kimia, tapi itu sepertinya sudah settingan saat itu aja, dan jadi istighfar aku sendiri aja, mohon maaf juga kalau ada adik kelasku yang terdzolimi *jadi flashback, hehe. Tapi semua sudah disetting untuk shockterapy yang masih normal, tugas juga berkaitan dengan kimia dan manfaat, bukan yang aneh-aneh yang dibuat-buat yang super anehhhhhhhhhhhhhhhh seperti yang di berita belakangan ini.
Ya Allah.. ini ospek atau apa?
Ya Allah............miris melihat mahasiswa, calon pemimpin bangsa dididik seperti itu.
OSPEK singkatan dari orientasi dan pengenalan lingkungan kampus. Ketika ada mahasiswa baru, yang asalnya dari mana-mana, dengan adanya ospek diharapkan bisa mengenal lebih jauh dengan lingkungan dan kampusnya. Tapi seringkali ospek yang menjadi panitianya adalah kakak tingkatnya, mengenalkan adik tingkatnya dengan hal-hal 'ketegasan' untuk mendidik mahasiswa baru lebih kuat karena perkuliahan itu berat, dan seterusnya. Tapi 'ketegasan' ini yang rancu, yang standarnya tidak jelas dibuat oleh kakak tingkat yang lebih ingin balas dendam, men'catat' adik kelas yang 'ngeyel', yang cantik, yang aktif, yang bisa menjilat ke kk tingkat, yang ++ sehingga kk kelas dihormati, dan seterusnya...
Padahal seharusnya kk kelas menjadi contoh, panutan. Coba ospek itu diganti dengan games yang menarik, seminar yang interaktif, mengundang motivator muda sperti adikku gt.. hehe Nicky Anoki Irlanov (jadi promosi muridnya Mas Ippho, nih..hehe), ceramah agama, menyuguhkan prestasi-prestasi sehingga mahasiswa baru yang sesuai dengan jurusannya lebih tertarik lagi untuk belajar, atau dengan entrepreneurship, bukan dengan kekerasan yang malah mahasiswa baru punya trauma, mungkin jadi segan bertemu kakak tingkat, bahkan mungkin ngga mau kuliah.

Aku pikir ngga ada relevansinya sama sekali kalau ospek diberikan tugas yang tidak berkaitan dengan jurusan, diberi hukuman yang tidak manfaat, dipukul, dihina, bahkan apa itu yang disuruh oral sperti ITN, astaghfirullah.. Mahasiswa bejat apa, mau diajarkan zina. Mendekati zina saja dilarang. Bahkan kalau dulu ospek kimia kita dipisah laki-perempuan.

Menjadi mahasiswa harusnya dididik dengan etika dan moral yang betul, sehingga nanti bisa jadi pemimpin yang baik juga, karena mahasiswa akan jadi calon pemimpin bangsa kita dalam berbagai bidang. Akhlak yang baik, pendidikan yang baik, memang idealnya begitu, tapi memang semua ingin ideal kan.. Sehingga yang terlihat bukan mahasiswa yang di berita demo, tawuran, ricuh,  kerjanya ribuuuuttt terus, kapan kuliahnya, kapan pintarnya.

Mudah-mudahan dengan tulisanku yang singkat ini bisa membuka sedikit adik-adik mahasiswa yang mau melaksanakan ospek. Hehe.. adik2..ga kerasa udah 10thn lalu, ya.. 





Sebagai mahasiswa, kita dituntut untuk bisa menjadi sosok yang beretika karena mahasiswa telah menjadi sorotan public sekaligus generasi penerus bangsa yang telah dipercaya untuk memimpin negeri ini dalam segala bidang. Antara etika dengan mahasiswa memiliki hubungan yang sangat erat. Etika sangat berperan penting terhadap diri mahasiswa maupun orang lain, dengan memahami peranan etika, mahasiswa dapat bertindak sewajarnya dalam melakukan aktivitasnya sebagai mahasiswa misalnya di saat mahasiswa berdemonstrasi menuntut keadilan, etika menjadi sebuah alat kontrol yang dapat menahan mahasiswa agar tidak bertindak anarkis.
Dengan etika, mahasiswa dapat berperilaku sopan dan santun terhadap siapa pun dan apapun itu. Islam telah mengajarkan kepada bahwa kita harus berperilaku sopan terhadap orang yang lebih tua dari kita dan etika juga sudah di jelaskan di dalam Islam, etika di dalam Islam sama dengan akhlaq, dan mahasiswa sebagai mahluk Allah SWT yang telah diberikan karunia berupa akal, akhlaq yang baik ditujukan bukan hanya kepada manusia saja melainkan kepada semua mahluk baik mahluk hidup ataupun benda mati.
Etika bisa terdukung jikalau mahasiswa telah dibekali dengan ilmu yang memadai, baik ilmu agama maupun ilmu umum, atau istilah kerennya imtak dan imtek harus sejalan. Lingkungan social pun dapat membawa pengaruh besar dalam membentuk jati diri seorang mahasiswa. Jika kita memandang sosok pemimpin kita, K.H Abdurrahman Wahid, atau sering dipanggil dengan Gusdur,  betapa besar jasa beliau dalam sumbangsihnya membangun Negeri Ini. Beliau sebagai tokoh agama maupun sebagai tokoh umum. Jika kita melihat latar belakangnya, beliau mendalami ilmu agama yang berasal dari pesantren. Beliau pun tak meninggalkan pendidikan formalnya. Pada tahun 1963, Gusdur menerima beasiswa dari Kementrian Agama untuk belajar di Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir. Nah, jika kita menganalisa contoh diatas, kita berfikir bahwa mahasiswa sekaligus nyantri, kenapa tidak??
- See more at: http://cyberdakwah.com/2013/06/mendidik-mahasiswa-beretika-melalui-pesantren/#sthash.eMvWDL9E.dpuf

Sebagai mahasiswa, kita dituntut untuk bisa menjadi sosok yang beretika karena mahasiswa telah menjadi sorotan public sekaligus generasi penerus bangsa yang telah dipercaya untuk memimpin negeri ini dalam segala bidang. Antara etika dengan mahasiswa memiliki hubungan yang sangat erat. Etika sangat berperan penting terhadap diri mahasiswa maupun orang lain, dengan memahami peranan etika, mahasiswa dapat bertindak sewajarnya dalam melakukan aktivitasnya sebagai mahasiswa misalnya di saat mahasiswa berdemonstrasi menuntut keadilan, etika menjadi sebuah alat kontrol yang dapat menahan mahasiswa agar tidak bertindak anarkis.
Dengan etika, mahasiswa dapat berperilaku sopan dan santun terhadap siapa pun dan apapun itu. Islam telah mengajarkan kepada bahwa kita harus berperilaku sopan terhadap orang yang lebih tua dari kita dan etika juga sudah di jelaskan di dalam Islam, etika di dalam Islam sama dengan akhlaq, dan mahasiswa sebagai mahluk Allah SWT yang telah diberikan karunia berupa akal, akhlaq yang baik ditujukan bukan hanya kepada manusia saja melainkan kepada semua mahluk baik mahluk hidup ataupun benda mati.
Etika bisa terdukung jikalau mahasiswa telah dibekali dengan ilmu yang memadai, baik ilmu agama maupun ilmu umum, atau istilah kerennya imtak dan imtek harus sejalan. Lingkungan social pun dapat membawa pengaruh besar dalam membentuk jati diri seorang mahasiswa. Jika kita memandang sosok pemimpin kita, K.H Abdurrahman Wahid, atau sering dipanggil dengan Gusdur,  betapa besar jasa beliau dalam sumbangsihnya membangun Negeri Ini. Beliau sebagai tokoh agama maupun sebagai tokoh umum. Jika kita melihat latar belakangnya, beliau mendalami ilmu agama yang berasal dari pesantren. Beliau pun tak meninggalkan pendidikan formalnya. Pada tahun 1963, Gusdur menerima beasiswa dari Kementrian Agama untuk belajar di Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir. Nah, jika kita menganalisa contoh diatas, kita berfikir bahwa mahasiswa sekaligus nyantri, kenapa tidak??
- See more at: http://cyberdakwah.com/2013/06/mendidik-mahasiswa-beretika-melalui-pesantren/#sthash.eMvWDL9E.dpuf
Sebagai mahasiswa, kita dituntut untuk bisa menjadi sosok yang beretika karena mahasiswa telah menjadi sorotan public sekaligus generasi penerus bangsa yang telah dipercaya untuk memimpin negeri ini dalam segala bidang. Antara etika dengan mahasiswa memiliki hubungan yang sangat erat. Etika sangat berperan penting terhadap diri mahasiswa maupun orang lain, dengan memahami peranan etika, mahasiswa dapat bertindak sewajarnya dalam melakukan aktivitasnya sebagai mahasiswa misalnya di saat mahasiswa berdemonstrasi menuntut keadilan, etika menjadi sebuah alat kontrol yang dapat menahan mahasiswa agar tidak bertindak anarkis.
Dengan etika, mahasiswa dapat berperilaku sopan dan santun terhadap siapa pun dan apapun itu. Islam telah mengajarkan kepada bahwa kita harus berperilaku sopan terhadap orang yang lebih tua dari kita dan etika juga sudah di jelaskan di dalam Islam, etika di dalam Islam sama dengan akhlaq, dan mahasiswa sebagai mahluk Allah SWT yang telah diberikan karunia berupa akal, akhlaq yang baik ditujukan bukan hanya kepada manusia saja melainkan kepada semua mahluk baik mahluk hidup ataupun benda mati.
Etika bisa terdukung jikalau mahasiswa telah dibekali dengan ilmu yang memadai, baik ilmu agama maupun ilmu umum, atau istilah kerennya imtak dan imtek harus sejalan. Lingkungan social pun dapat membawa pengaruh besar dalam membentuk jati diri seorang mahasiswa. Jika kita memandang sosok pemimpin kita, K.H Abdurrahman Wahid, atau sering dipanggil dengan Gusdur,  betapa besar jasa beliau dalam sumbangsihnya membangun Negeri Ini. Beliau sebagai tokoh agama maupun sebagai tokoh umum. Jika kita melihat latar belakangnya, beliau mendalami ilmu agama yang berasal dari pesantren. Beliau pun tak meninggalkan pendidikan formalnya. Pada tahun 1963, Gusdur menerima beasiswa dari Kementrian Agama untuk belajar di Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir. Nah, jika kita menganalisa contoh diatas, kita berfikir bahwa mahasiswa sekaligus nyantri, kenapa tidak??
- See more at: http://cyberdakwah.com/2013/06/mendidik-mahasiswa-beretika-melalui-pesantren/#sthash.eMvWDL9E.dpuf
Sebagai mahasiswa, kita dituntut untuk bisa menjadi sosok yang beretika karena mahasiswa telah menjadi sorotan public sekaligus generasi penerus bangsa yang telah dipercaya untuk memimpin negeri ini dalam segala bidang. Antara etika dengan mahasiswa memiliki hubungan yang sangat erat. Etika sangat berperan penting terhadap diri mahasiswa maupun orang lain, dengan memahami peranan etika, mahasiswa dapat bertindak sewajarnya dalam melakukan aktivitasnya sebagai mahasiswa misalnya di saat mahasiswa berdemonstrasi menuntut keadilan, etika menjadi sebuah alat kontrol yang dapat menahan mahasiswa agar tidak bertindak anarkis.
Dengan etika, mahasiswa dapat berperilaku sopan dan santun terhadap siapa pun dan apapun itu. Islam telah mengajarkan kepada bahwa kita harus berperilaku sopan terhadap orang yang lebih tua dari kita dan etika juga sudah di jelaskan di dalam Islam, etika di dalam Islam sama dengan akhlaq, dan mahasiswa sebagai mahluk Allah SWT yang telah diberikan karunia berupa akal, akhlaq yang baik ditujukan bukan hanya kepada manusia saja melainkan kepada semua mahluk baik mahluk hidup ataupun benda mati.
Etika bisa terdukung jikalau mahasiswa telah dibekali dengan ilmu yang memadai, baik ilmu agama maupun ilmu umum, atau istilah kerennya imtak dan imtek harus sejalan. Lingkungan social pun dapat membawa pengaruh besar dalam membentuk jati diri seorang mahasiswa. Jika kita memandang sosok pemimpin kita, K.H Abdurrahman Wahid, atau sering dipanggil dengan Gusdur,  betapa besar jasa beliau dalam sumbangsihnya membangun Negeri Ini. Beliau sebagai tokoh agama maupun sebagai tokoh umum. Jika kita melihat latar belakangnya, beliau mendalami ilmu agama yang berasal dari pesantren. Beliau pun tak meninggalkan pendidikan formalnya. Pada tahun 1963, Gusdur menerima beasiswa dari Kementrian Agama untuk belajar di Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir. Nah, jika kita menganalisa contoh diatas, kita berfikir bahwa mahasiswa sekaligus nyantri, kenapa tidak??
- See more at: http://cyberdakwah.com/2013/06/mendidik-mahasiswa-beretika-melalui-pesantren/#sthash.eMvWDL9E.dpuf